8 Tanda Terkena Rabies – Kemungkinan Bertahan Hidup Kurang Dari 10 Hari

By | April 30, 2021

8 Tanda Terkena Rabies

Saat ini banyak dari kita yang waspada terhadap penyakit menular yang disebarkan dari satu orang dengan orang lainnya. Padahal, ancaman tidak hanya datang dari itu saja, melainkan terdapat pula sejenis penyakit yang datang dari gigitan atau cakaran binatang berdarah panas, seperti misalnya rabies.

Rabies merupakan salah satu jenis penyakit berbahaya yang mematikan. Sekali kita terinfeksi dengan virusnya, maka sulit untuk diobati. Meskipun hanya ada sebagian kecil orang yang berhasil selamat, tetapi sebagian besar penderitanya berujung pada kematian.

Terdapat 5 tahapan umum rabies yang bisa dikenali oleh manusia, yaitu masa inkubasi, prodrome, periode neurologis akut, koma, dan kematian. Sayangnya, tidak ada agen antirabies khusus yang berguna untuk melawan tanda atau gejala klinis yang telah berkembang.

Saking berbahayanya, kematian biasanya terjadi antara 2 hingga 10 hari setelah gejala pertama muncul. Lantas, apa saja sih tanda dan gejala kita terkena penyakit rabies? Tanpa berbasa-basi lagi, berikut adalah daftarnya.

  1. Demam

Gejala paling pertama dari rabies yang mungkin muncul adalah mirip dengan flu, seperti kelemahan, malaise, sakit kepala, dan demam. Gejala ini tentunya bisa berlangsung selama berhari-hari.

Faktanya, hampir semua jenis penyakit infeksi bisa menyebabkan kita terkena tanda dan gejala yang satu ini. Alasannya cukup klasik, yaitu sebagai respon dari sistem kekebalan tubuh dalam melawan patogen yang tengah menyerang.

  1. Sakit Kepala

Selain efek dari gejala yang mirip flu, sakit kepala juga bisa muncul sebagai akibat dari rabies yang telah menyebabkan peradangan akut pada otak, sehingga menghasilkan psikosis dan agresi yang begitu hebat.

Dalam beberapa hari, ensefalitis (rabies ganas) atau kelumpuhan (rabies dumb) bisa berkembang. Ensefalitis sendiri bisa menyebabkan beberapa gejala tambahan berupa kegelisahan, kebingungan, agitasi, perilaku aneh, halusinasi, dan insomnia.

Virus yang melumpuhkan organ dalam tubuh ini cenderung selalu mematikan, terutama bagi mereka yang tidak memperoleh vaksin tepat waktu. Setiap tahunnya, setidaknya terdapat 55 ribu orang meninggal akibat rabies. Di Indonesia sendiri, kasusnya lumayan cukup jarang, yang mana hanya mempengaruhi kurang dari 15 ribu orang tiap tahunnya.

  1. Mual dan Muntah

Meskipun bisa mematikan dimulai saat gejala pertama muncul, tetapi masa inkubasinya sendiri cenderung cukup lama, yaitu antara beberapa hari hingga lebih dari satu tahun. Dengan begitu, kita memiliki waktu yang cukup untuk memperoleh vaksin segera setelah adanya gigitan binatang liar.

Jika tidak, maka gejala seperti flu, mual, dan muntah pun bisa muncul. Saat gejala mulai kamu rasakan, maka hampir tidak ada obat yang mampu menanganinya. Perasaan mual atau bahkan memicu muntah ini merupakan salah satu tanda dari otak yang sudah membengkak atau meradang akibat serangan virus rabies.

  1. Gangguan Psikologis

Dikarenakan virus rabies dapat menyerang sistem saraf pusat, maka penyakit ini pun bisa menimbulkan gejala melemahkan terkait gangguan psikologis seperti kecemasan, kebingungan, kelumpuhan parsial, agitasi, dan halusinasi. Pada fase terakhir, kamu pun akan mengalami hidrofobia atau merasa takut terhadap air.

Hidrofobia sendiri merupakan salah satu ciri tanda klinis rabies pada manusia. Tanda ini bisa terjadi setelah kontraksi paroksismal faring yang bertanggung jawab terhadap kejang hidrofobik. Tanpa pengobatan yang tepat, gangguan psikologis ini bisa berkembang menjadi delirium, koma, atau bahkan kematian.

  1. Gangguan Otot

Gangguan otot ini seringkali terjadi bersamaan dengan gejala yang lainnya yang sudah disebutkan di atas. Gejala ini bisa muncul segera setelah beberapa hari gigitan hewan kamu dapatkan. Tetapi dalam banyak kasus, tanda bisa tertahan hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan lamanya.

Tetapi sekali muncul, maka kamu harus segera melakukan tindakan preventif secepat mungkin. Tanda yang paling mudah untuk dikenali yaitu adanya sensasi kesemutan atau kedutan di sekitar area gigigtan hewan di tubuh kamu.

Tanpa vaksin atau pengobatan, maka kedutan tersebut akan mulai menjalar hingga bagian otot, sehingga kejang dan nyeri otot pun tak bisa kamu hindari.

Faktanya, sekitar 1 hingga 6% orang cenderung mengalami gejala yang satu ini, bersama dengan sindrom yang mirip seperti kompleks imunitas. Antara 2 hingga 21 hari kemudian, maka rasa gatal, demam, kelelahan, nyeri sendi, arthritis, mual, dan muntah kemungkinan besar akan bermunculan satu per satu.

  1. Gangguan Sensorik

Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa salah satu gejala rabies paling unik adalah adanya sensasi kesemutan atau kedutan di sekitar area gigitan hewan. Saat itu terjadi, maka kinerja sensorik tubuh kita sudah mulai terganggu. Kondisi ini bisa terjadi sementara, tetapi setelah virus menyebar dan meninggalkan area tubuh yang terkena gigitan, maka ia akan mulai menyerang saraf terdekat.

Kamu juga akan cenderung merasa lebih sensitif terhadap cahaya, yang kemudian dikenal dengan istilah “fotofobia”. Gejala ini juga bagian dari gangguan sensorik yang membuat kamu tidak tahan terhadap tingkat cahaya di lingkungan kamu sendiri.

  1. Perubahan Perilaku

Pernah mendengar adanya isu bahwa rabies bisa membuat kita menjadi orang gila? Meskipun terdengar seperti dilebih-lebihkan, tetapi faktanya rabies memang bisa mengubah perilaku para penderitanya.

Tanda dan gejala ini sebagai akibat dari virus yang telah menyerang bagian otak kita. Bahkan sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa virus rabies memang dapat mengikat dan menghambat reseptor tertentu di otak yang berperan penting dalam mengatur perilaku manusia sehari-hari.

Kondisi ini kemudian akan menyebabkan gangguan komunikasi di otak dan memicu perilaku yang abnormal. Beberapa tandanya bisa berupa kelumpuhan ringan, kelumpuhan parsial, kecemasan, insomnia, agitasi, paranoia, teror, dan halusinasi.

Perilaku agresif juga bisa terjadi karena terkait dengan adanya aktivitas serotonergik yang rendah di otak. Padahal, sistem serotonergik sendiri sangatlah penting karena berperan dalam pengaturan berbagai macam fungsi biologis dasar termasuk tidur, nafsu makan, ritme sirkadian, dan fungsi kognitif kita dari waktu ke waktu.

  1. Kejang dan Koma

Setelah penyakit rabies memasuki tahap akhir, maka biasanya para penderitanya akan mengalami kejang-kejang parah (epilepsi) dan bahkan koma. Sama seperti beberapa gejala di atas, tanda ini juga sebagai akibat dari adanya peradangan akut yang sudah terjadi di otak.

Kebanyakan kejang memang bisa berhenti dengan sendirinya. Namun selama kejang terjadi, dikhawatirkan beberapa bagian di tubuh kita menjadi terluka, sehingga beresiko mengembangkan masalah medis yang lainnya. Bahkan resiko kematian dari keseluruhan penderita epilepsi saja sudah sekitar 1,6 hingga 3 kali lebih tinggi daripada orang normal.

Berbeda dengan koma yang jauh lebih berbahaya. Meskipun ada beberapa orang yang berangsur-angsur mampu pulih dari kondisi ini, tetapi kebanyakan orang cenderung memasuki keadaan vegetatif atau meninggal.

Sekalipun kita mampu bangun dan sembuh dari koma tersebut, terdapat resiko adanya disabilitas – entah itu bersifat mayor (parah) ataupun minor (ringan). Komplikasi juga bisa berkembang selama koma terjadi, termasuk luka tekan, infeksi saluran kemih, pembekuan darah di kaki, dan masalah serius lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *