Daftar Isi
7 Penyebab Penyakit Kudis
Rasa gatal di kulit dan kemerahan bisa disebabkan oleh berbagai macam penyebab dan kondisi, termasuk iritasi, alergi, hingga terkena infeksi kutu dan serangga. Salah satu jenis gangguan kulit yang disebabkan oleh kutu kita kenal dengan sebutan kudis.
Jenis kutu atau tungau yang membuat kita terkena kudis tersebut bernama Sarcoptes scabiei var. Hominis. Tungau skabies mikroskopis ini akan bersembunyi di lapisan atas kulit dan kemudian bertelur. Pada saat itulah gejala berupa gatal dan kemerahan bisa kamu rasakan.
Meskipun kudis ini bisa menghinggapi siapapun tanpa mengenal usia dan jenis kelamin, tetapi ada satu jenis penyakit yang disebut sebagai “kudis Norwegia” yang lebih mungkin terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah akibat HIV, leukemia, pengobatan kemoterapi, dan obat-obatan lainnya.
Namun apapun jenisnya, kudis tidak akan bisa hilang dengan sendirinya. Kamu harus membunuh tungau yang menjadi penyebabnya dengan pengobatan tertentu, sekaligus menghindari penyebabnya agar tidak terjadi infeksi berulang.
Adapun beberapa penyebab dan faktor resiko seseorang terkena kudis sudah kami paparkan di bawah ini secara lengkap.
-
Dekat Dengan Penderita
Tanpa merendahkan para penderita kudis, berdekatan dengan para pasiennya juga tentunya bisa membuat kita tertular penyakit dan tungau yang sama. Dimulai dari tempat tidur, pakaian, handuk yang digunakan, hingga hubungan seksual bisa meningkatkan resiko kamu terinfeksi kudis dan menjadi cara penyebaran yang paling efektif bagi si tungau.
Tapi bukan berarti kita harus menghindari si penderita secara total. Masih banyak yang bisa kita lakukan untuk membantunya sembuh dari penyakit gatal kulit tersebut. Misalnya, dengan membawanya ke dokter dan men-dekontaminasi berbagai macam peralatan yang ia gunakan.
-
Menggunakan Barang yang Terkontaminasi
Kudis sangatlah menular dari satu orang ke orang lain. Tungau yang menjadi penyebabnya bisa bertahan hidup di barang-barang yang telah digunakan oleh si penderita, seperti misalnya pakaian, tempat tidur, dan selimut.
Jika kamu menggunakan barang yang sama dengan penderita kudis, kemungkinan besar kamu pun akan terinfeksi dan tertular.
Untungnya, tungau ini tidak akan mampu bertahan hidup di permukaan keras seperti meja, gagang keran, kenop pintu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi, ia tidak akan bisa hidup jauh dari tubuh manusia lebih dari 48 jam. Jadi, pastikan kamu menyegel pakaian dan handuk setelah dicuci minimal kurang lebih selama 72 jam.
-
Memiliki Pekerjaan Tertentu
Para perawat tentunya memiliki resiko tertinggi tertular kudis, terutama jika mereka selalu berdekatan dengan para penderitanya. Sekalipun menjaga kebersihan, kudis masih bisa mereka dapatkan jika tidak berhati-hati.
Faktanya, menjaga kebersihan saja tidak cukup untuk mencegah infeksi kudis, karena tungau parasit bisa hidup di lapisan dalam kulit sehingga tidak dapat diusir hanya dengan menggunakan sabun dan air saja. Begitupun sebaliknya, memiliki kudis bukan berarti seseorang memiliki gaya hidup dan kebiasaan jorok.
Tungau penyebab kudis tersebut dapat hidup satu sampai dua bulan, dan akan semakin parah jika tidak diobati karena terus berkembang biak. Untungnya, tungau akan mulai mati dalam beberapa jam saja setelah melakukan pengobatan, dan kebanyakan orang bisa kembali bekerja hanya dalam kurun waktu 24 jam saja.
-
Faktor Lingkugan
Ada banyak lingkungan yang sangat rentan seseorang terinfeksi kudis, termasuk rumah sakit, fasilitas penitipan anak, dan kondisi tempat tinggal padat penduduk.
Tungau juga ternyata cenderung lebih bertahan di udara yang sejuk dan dingin. Jadi bagi kamu yang tengah tinggal di luar negeri yang memiliki 4 musim, maka harap berhati-hati saat musim dingin tiba.
Bahkan penelitian telah menyebutkan bahwa tungau kudis dapat bertahan lebih lama hingga 19 hari (normalnya hanya 2 hari saja) di lingkungan yang sejuk dan lembab daripada dalam kondisi suhu ruangan.
-
Faktor Usia
Meskipun bisa menginfeksi semua orang, tetapi anak kecil lebih rentan terkena dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal tersebut terjadi, dimulai dari sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang hingga faktor lingkungan seperti di sekolah.
Seperti yang sudah dituliskan di atas bahwa salah satu penyebab seseorang terkena kudis adalah kontak atau bersentuhan langsung dengan para penderita. Anak kecil cenderung lebih aktif dalam bermain bersama dengan temannya, sehingga jika salah satu dari mereka telah terinfeksi, maka si kecil pun lebih beresiko terkena.
-
Banyak Anak-Anak di Rumah
Tungau juga tentunya bisa menular dari anak kecil ke orang dewasa, karena memang masih disebabkan oleh satu jenis tungau yang sama. Resiko orang dewasa terkena juga akan semakin meningkat jika di rumahnya banyak anak-anak, entah itu anak saudara atau anak tetangga yang sedang bermain.
Di musim pandemi seperti ini, ada baiknya kita untuk tidak secara sembarangan memasukan orang ke dalam rumah, dan meminimalisir kerumunan selain dari anggota keluarga sendiri. Karena selain bisa beresiko terpapar virus Covid-19 yang mematikan, kudis pun terkadang tak bisa dihindari, terlebih di area yang mewabah.
-
Menderita Penyakit Tertentu
Percaya atau tidak, ternyata jika kita mengidap penyakit tertentu, juga bisa meningkatkan resiko terkena kudis. Lebih tepatnya, tungau bisa lebih mudah menginfeksi tubuh kita saat memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Jadi tak heran jika orang yang sakit lebih rentan terkena infeksi yang lainnya. Adapun beberapa penyakit yang bisa mendatangkan kudis diantaranya:
- HIV. Jika terdapat rasa gatal yang tanpa dibarengi dengan ruam pada penderita HIV/AIDS, maka besar kemungkinan itu disebabkan oleh kudis. Bahkan bentuk kudis pada pengidap HIV/AIDS cenderung tidak biasa dan dapat dibagi menjadi kudis berkrusta dan kudis atipikal.
- Eksim. Disamping sebagai manifestasi dari tungau kudis, menderita eksim juga bisa membuat kudis kita menjadi lebih berkembang. Eksim juga bisa semakin parah akibat paparan kudis sebagai reaksi dari kekebalan pasien terhadap tungau tersebut.
- Penyakit Autoimun. Kondisi ini hampir sama seperti HIV, bedanya autoimun ditandai dengan peradangan yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang diri kita sendiri. Faktanya, kudis termasuk ke dalam penyakit radang kulit yang seringkali disebabkan karena sistem imun yang melemah atau abnormal.
Meskipun kudis jarang sekali menyebabkan kematian, akan tetapi masih ada resiko berkembang menjadi lebih parah sehingga memicu komplikasi yang teramat berbahaya. Pada kasus yang lebih parah, maka komplikasi tersebut bisa membuat kita mengalami septikemia, penyakit ginjal kronis, hingga penyakit jantung.
Jadi pastikan kamu segera mengobatinya secepat mungkin. Kudis hanya bisa disembuhkan dengan obat yang diresepkan oleh dokter. Obat-obatan tersebut biasanya berupa krim atau lotion yang dioleskan ke seluruh tubuh, dimulai dari leher hingga area bawah tubuh.
Lotion harus dibiarkan selama 8 hingga 14 jam, yang kemudian dicuci hingga bersih. Biasanya, kudis akan langsung mati dan kamu pun dapat kembali beraktivitas seperti biasanya.